Kemtuik

Nama Kemtuik itu belum dipahami dan dibicarakan baik oleh orang Kemtuik sendiri. Oleh bapak Yotam Bayram mengatakan bahwa, “Kata Kemtuik itu disebut pertamakali oleh burung, tui… tui… tui, tuguiey-a tui!”  Dan bapak Titus Marasian menceritakan, “Nama Kemtuik itu barasal dari kata “tuik” yang berarti “pelantikan raja.” Tetapi kata “tuik” itu juga mempunyai arti pohon kelapa yang pucuknya kering, ada pengertian lain yang artinya mengambil atau memetik.

Tetapi menurut ibuku, nama Kemtuik itu dikatakan oleh orang lain dari pantai atau orang danau, bahwa itu adalah orang ‘Metuik” artinya orang yang hidup di daratan.

Itulah sebabnya orang darat yang berbahasa kemtuik disebut masyarakat Kemtuik.

Kampung-kampung Kemtuik adalah, Demetim, Merem, Kebew, Seblom, Bano, Brasu, Wawit, Ambea, Sekorik, Sawiron, Sabeyapkecil, Sabeyab, Sewi, Aip, Blamali, Kebew, Waioh, Sabron-samon, Mamda-yawan, Kundai, Mamda-samon, Mamda-dumadi. Nggano, Meikari, Seding-udong, Bongrang, Yekui, Kwansu, Klipkaw, Hamongrang adalah orang Kemtuik yang berbahasa Mlap.

Memang benar bahwa yang disebut suku Kemtuik adalah masyarakat Merem-Yanim. Namun suku-suku Kleku, Mlap, Ikuoy semuanya adalah penutur bahasa orang “Kemtuik”.  Orang yang berbahasa Kemtuik ini hidup di sepanjang aliran sunagi Grime. Mereka bergembira, karena Perjanjian Baru dalam bahasa Kemtuik telah dicetak dan dilucurkan pada tahun 2008. Selanjutnya, sekarang ini tanggal 9 Nopember 2012, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun(HUT)  Persekutuan Kaum Bapak(PKB) GKI telah terjadi Pelucuran Website Kemtuik, yaitu, kemtuimedia.net.

Ini adalah hari yang sangat penting bagi orang Kemtuik, Karena itu setiap tahun harus mengucap syukur dan terima kasih terus-menerus kepada Allah Bapa, Kristus Yesus, dan Roh Allah yang kudus.

Ini adalah tulisan percobaan untuk masukan dalam internet. Walaupu banyak kesalahan, tetapi sangat menyenangkan.

Yang menulis:

Bapa Jacob Bemey

&

Anak Yulianan Marasian

Membagikan